Kajian Ayat ^_^
Makalah Kajian
Ayat
Mengenai QS. Al-Ashr 1-3
Mentor
: Teh Eli
KOTA
BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Siapa yang tidak ingin hidup bahagia di
dunia dan selamat di akhirat? Semua orang pasti mendambakannya. Tak hanya orang
beriman saja, bahkan orang tak beragama dan para penjahat-pun, kadang juga
memilih mati dalam keadaan baik. Orang
bisa bahagia luar biasa karena kesigapannya mengatur waktu, dan orang bisa
menyesal luar biasa karena kelalaiannya terhadap waktu. Jadi, benarlah ungkapan
pepatah Arab, bahwa “waktu adalah pedang”. "L'uomo misura il tempo e il
tempo misura l'oumo". Manusia mengukur waktu
dan waktu mengukur manusia,“ ujar sebuah pepatah Italia.
Dalam Islam,
waktu itu adalah amal shaleh. Waktu itu bukanlah uang seperti kata
sebuah adagium, time is money. Di sini, amal shaleh
menjadi tujuan utama, bukan materi. Bukan berarti Islam anti-uang. Akan tetapi
yang lebih tepat kita katakan, uang/materi menjadi sarana untuk beramal shaleh,
bukan tujuan utama (big goal). Jika uang menjadi big goal, maka
materialisme menjadi pemahaman kita. Adagium “time is money”, adalah
prinsip kaum materialism.
Orang yang tidak
memanfaatkan waktu luangnya,
oleh al-Qur’an disebut sebagai orang yang merugi.
“Supaya jangan ada orang yang mengatakan,
‘amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap
Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan
(agama Allah).” (QS. Al-Zumar: 56).
Maka dari itu, penulis mengkaji QS. Al-Ashr ini,
agar manusia bisa memanfaatkan waktu dengan sebaiknya.
1.2
Manfaat
Penulisan
Dengan mengkaji
ayat ini diharapkan :
1.
Mengetahui isi kandungan dalam surat Al-Asr ayat 1-3
2.
Mengetahui bagaimana cara manusia bisa
terbebas dari kerugian
3.
Mengetahui
pembelajaran penting mengenai pembagian waktu, dengan empat hal yaitu menjaga iman, mengerjakan amal
shaleh, menasihati dalam kebenaran dan menasihati dalam kesabaran.
1.3
Referensi
yang Digunakan
Hasib,
Kholili.
2012. Untuk Apa Saja Waktu Engkau Gunakan?[online].Tersedia:http://www.hidayatullah.com/read/26090/28/11/2012/tanyakan-dirimu,-untuk-apa-saja-waktu-engkau-gunakan?.html [17
april 2013]
Usaid, Abu Abdul Fattah. 1996.
Merenungi Surat Al-ashr [online]. Tersedia:http://www.salafybpp.com/index.php/fataawa/96-merenungi-surat-al-ashr.html [17 April
2013]
Hammam, Abu Kiryani. 2013. Sekilas Keutamaan Surat Al-Ashr[online]. Tersedia:http://muslim.or.id/al-quran/sekilas-keutamaan-surat-al-ashr.html [17 April 2013]
BAB II
KANDUNGAN AYAT
1.1 Isi dan Terjemahan QS. Al-Ashr ayat 1-3
Artinya:
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
1.2 Tafsir
Pada ayat 1, Allah swt. Bersumpah
dengan menyebut masa. Masa berarti waktu yang dilalui manusia, maksud ayat
pertama surat ini adalah agar rasulullah dan orang-orang
yang beriman memperhatikan waktu dan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya.
Pada ayat 2, menjelaskan bahwa
kebanyakan manusia dalam keadaan merugi. Kerugian yang dialami
manusia ialah bahwa kesempatan di dunia tidak digunakan sebaik-baiknya.
Ayat 3 menjelaskan tentang cara yang
harus ditempuh agar manusia tidak termasuk orang yang
rugi. Pada ayat ini ada empat syarat agar orang tidak
merugi, yaitu beriman dan beramal saleh, saling menasihati tentang kebenaran, dan saling menasihati tentang kesabaran.
Pertama: orang-orang yang beriman
Syaikh
Abu Bakar al-Jazairi dalam tafsirnya berkata: “Orang-orang yang beriman dikecualikan
Allah dari kerugian. Mereka menjadi orang-orang yang beruntung dan tidak
tergolong orang-orang yang merugi. Yang dimaksud beriman di sini adalah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, serta beriman kepada apa yang didatangkan kepada
Rasulullah berupa petunjuk dan agama yang haq (Islam)
Al-Hafidz
Abu Bakr Al-Ismaily dalam kitabnya I’tiqad Aimati Ahlil Hadits mengatakan:
“Iman itu bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan
kemaksiatan. Barangsiapa yang melakukan ketaatan niscaya akan bertambah
imannya. Semoga kita menjadi orang yang beriman kepada Allah dengan iman yang
benar yang berlandaskan pada ilmu yang haq, berpijak dengan Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah.
Kedua: orang-orang yang beramal shalih
Syaikh
Abu Bakr Jabir al-Jazairi dalam Tafsirnya mengatakan: “Adapun yang dimaksud
dengan amalan shalih adalah amalan-amalan shalih yang wajib dan yang sunnah.” Amalan yang shalih yang diterima Allah
kalau memenuhi syarat-syarat diterimanya amal, syarat
diterimanya amal di sisi Allah ada tiga:
1.
Beriman kepada Allah dan Mengesakan-Nya
Allah telah memberikan nikmat yang agung
dengan menjadikan kita orang Islam dan beriman kepada Allah sehingga terpenuhi
syarat yang pertama dari diterimanya suatu amalan. Adapun orang-orang non Islam
seperti orang Yahudi, Nasrani dan Majusi walaupun mereka berbuat kebaikan akan
tetapi tidak akan diterima amalan mereka di sisi Allah.
2. Ikhlas
Firman
Allah (yang artinya) : “Sesungguhnya Kami menurunkan
kepadamu kitab (al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepadaNya” (QS. az- Zumar
[39]: 22)
3.
Sesuai dengan yang di datangkan
Rasulullah,
Firman Allah (yang artinya) : “… apa saja yang diberikan Rasul kepadamu, maka ; terimalah, dan apa yarvg dilarangnya bagirnu, maka tihggalkanlah. dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya” (QS. al-Hasyr [56]:7)
Firman Allah (yang artinya) : “… apa saja yang diberikan Rasul kepadamu, maka ; terimalah, dan apa yarvg dilarangnya bagirnu, maka tihggalkanlah. dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya” (QS. al-Hasyr [56]:7)
Oleh
karena itu, hendaknya kita senantiasa berusaha menghadirkan niat yang ikhlas
dan mengharap wajah Allah dan mengikuti amalan Rasulullah agar amalan kita di
terima di sisi Allah, Walaupun kadang hati ini terasa berat untuk bisa
mengamalkan amalan yang sholih agar diterima Allah dengan memenuhi tiga syarat
yang termaktub. Akan tetapi bila kita laksanakan dengan terus-menerus dan
bersabar, insya’ Allah hal
yang berat akan menjadi ringan. Dan sesungguhnya dalam melakukan ketaatan
kepada Allah terdapat kelezatan dan kesenangan yang tidak dapat diketahui
seorangpun melainkan orang yang mempraktekkan dan mengamalkannya.
Ketiga: saling menasehati supaya mentaati kebenaran
Menasehati
orang lain merupakan ibadah yang banyak keutamaannya: Akan tetapi hal ini
sangat membutuhkan keikhlasan ilmu, kelemah-lembutan dan kesabaran. Karena
berdakwah denganmenunjukkan jalan keselamatan dan kebenaran penuh rintangan.
Walaupun demikian, tidak akan terasa sulit dan berat bagi orang yang berdakwah
di jalan Allah sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya) :
“Siapakah
yang lebih. baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang sholih,
dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri” (QS.
Fushshilat: 33) .
Kemudian
Rasulullah juga mengabarkan tentang keutamaan orang yang berdakwah dengan
menunjukkan kebenaran, beliau bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang menunjukkan
suatu kebaikan maka baginya (pahala) sebagaimana orang yang melakukannya” (HR.
Muslim).
Keempat: saling menasehati untuk menetapi kesabaran
Sabar
yaitu menahan diri diatas ketaatan kepada Allah, menahan diri untuk tidak
bermaksiat kepada-Nya serta sabar terhadap ketetapan Allah berupa cobaan dan
ujian dalam kehidupan dunia ini.Inilah tiga macam bentuk kesabaran yang
dituntut ada pada diri seseorang.
Tidaklah seseorang itu tatkala melakukan amalan ketaatan,baik ketika menuntut ilmu,beramal shaleh ataupun ketika berdakwah dan yang lainnya,melainkan membutuhkan kesabaran agar tetap istiqomah, karena jiwa ini cenderung mendorong kepada keburukan,seperti firman Allah Ta`aala ; “ Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku.” ( Qs. Yusuf : 53 )
Tidaklah seseorang itu tatkala melakukan amalan ketaatan,baik ketika menuntut ilmu,beramal shaleh ataupun ketika berdakwah dan yang lainnya,melainkan membutuhkan kesabaran agar tetap istiqomah, karena jiwa ini cenderung mendorong kepada keburukan,seperti firman Allah Ta`aala ; “ Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku.” ( Qs. Yusuf : 53 )
1.3
Asbabun
Nuzul QS. Al-Ashr ayat
1-3
Surat Al-Ashr
termasuk Surat Makkiyah diturunkan sesudah Surat Alam Nasyrah. Menurut Muhammad
Abduh, Asbabun Nuzul Surat Al-Ashr
ini adalah berkaitan dengan kebiasaan masyarakat Arab yang apabila sore hari
duduk bercakap-cakap membicarakan tentang berbagai hal dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak pula yang bermegah-megahan asal usul nenek moyang mereka,
kedudukan, serta harta kekayaan.Akibat pembicaraan yang tidak jelas arahnya
ini, sering terjadi pertikaian dan permusuhan.
Oleh karena
itu, sebagian mereka ada yang mengutuk waktu asar, menganggap waktu asar adalah
waktu yang celaka, waktu yang naas, banyak bahaya yang terjadi pada waktu asar.
Dari kejadian ini Allah menurunkan Surat Al-Ashr, yang menjelaskan tentang
kerugian manusia yang menyia-nyiakan waktu ashar.
1.4.
Hubungan
dengan Ilmu Matematika
Dengan memahami logika matematika dan dasar keagamaan yang
benar peserta didik yang
sedang mempelajari logika matematika pada pembahasan konjungsi dapat
menggunakan menghubungkan dengan QS. Al-ashr ayat 1-3 ini.
Jika kita telaah ayat tersebut dengan
menggunakan hukum logika matematika bahwa konjungsi dari dua pernyataan
akan bernilai logik benar jika nilai kebenaran dari kedua pernyataan tersebut
benar.
Perhatikan tabel berikut.
P
|
Q
|
p ^ q
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
S
|
S
|
Jika dikaji secara lebih mendalam dari
ayat di atas, sesuai dengan hukum konjungsi, maka kita tidak akan berada dalam
kerugian jika kita beriman dan beramal sholeh. Jika hanya beriman saja tanpa
beramal sholeh maka masih berada dalam kerugian, atau sebaliknya jika beramal
sholeh saja tanpa beriman, kitapun tetap dalam kerugian, apalagi jika tidak
melakukan kedua-duanya, maka jelaslah akan berada dalam kerugian yang besar.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
1. Surat Al-Asr ayat 1-3 menerangkan
tentang “memanfaatkan
waktu dengan empat pokok kegiatan
terbebas dari kerugian”
2. Cara manusia agar terbebas dari
kerugian yaitu :
§ Beriman
§ Beramal Sholeh
§ Saling berwasiat pada kebenaran
§ Saling berwasiat pada kesabaran
3.2 Saran
Tulisan ini dimaksudkan dalam rangka
menjelaskan bagaimana memanfaatkan waktu yang
mengacu pada surat Al-Asr ayat 1-3. Akhirnya mengingat bahwa segala sesuatu tidak ada yang sempurna,
maka jika para pembaca ada yang menjumpai kekeliruan pada penulisan ini, saran
dari para pembaca merupakan ilmu bagi penulis.
Komentar